Kamis, 13 Desember 2012

Selasa, 16 Oktober 2012

TITIP RINDU BUAT AYAH

Seperti apapun pencapaianku kini, satu sisi jiwaku tetap merindukannya, tetap inginkan kehadirannya, mendambanya. Satu ruang kosong yang tak dapat diisi oleh selainnya.
Dalam kepenatan dan keputus asaan satu celah rindu ini akan tetap hadir, walau kerinduan ini takkan pernah dapat diobati, ku kan tetap merindunya.
Ayah, walau tak sempat satu ungkapan cintapun terucap antara kau dan aku, biarlah itu menjadi satu bagian tersembunyi yang hanya kau dan aku dapat memahaminya
Ayah, walau setiap kali mengenangmu hanya air mata yang dapat mengurangi sesak di dada, biarlah itu menjadi rangkaian cerita dalam diary hidup ku

Ayah,....
banyak hal yang ingin ku ceritakan
banyak hal yang ingin ku bagi dan ku curahkan
setidaknya biarlah sejenak kurasakan dapat memegang tanganmu sejenak
biarlah sejenak ku rasakan kehangatan yang mengalir dari sorot matamu yang sendu




Ayah......
tahukah engkau banyak hal tak terduga yang ku alami dalam hidup
banyak peristiwa yang kadang tak ku mengerti mengapa
banyak cinta dan benci datang dan pergi
banyak tarikan nafas yang tak kunjung dapat jawaban

Ayah....
nafasku sesak
air mataku tak dapat lagi ku bendung
hadirlah sejenak dalam lelap malamku
atau sapalah aku sejenak dalam diamku
rengkuhlah aku sejenak dalam pelukmu
walau sedetik biar ku rebahkan kepala penatku di pundakmu

Ayah.......
AKU MERINDU MU
 

Rabu, 23 Mei 2012

Penyeragaman Praktek Ibadah, Bisakah?

Tanggal 21 Mei 2011, saya mewakili Kasi Penamas Kantor Kementerian Agama Kab. Solok sebagai Nara Sumber Pelatihan Guru TPQ se-Nagari Singkarak . Sebuah perjalanan kepenyuluhan yang mengharuskan  sebuah usaha kerja keras

Lembar Cinta buat yang tersayangsebuah tulisan yang diposkan kembali dalam blog ini


LEMBAR CINTA BUAT YANG SAUDARA
(Surat ucapan  selamat menempuh hidup baru untuk saudaraku)

                                                                                                                        7 Juni 2007
Assalamu’alaikum Wr. Wb

Selamat ya K’, di atas rasa syukur yang tak terhingga, satu lagi cinta terindah tlah K’ raih, setelah sekian lama kebimbangan dan pertimbangan langkah dalam memutuskan.
Mudah-mudahan cinta ini adalah satu cinta yang akan mengukuhkan eksistensi kehambaan kita di hadapan sang maha memiliki perbendaharaan cinta langit dan bumi.

K’, ketika K’ meminta mi untuk membuat tausiah/nasehat pernikahan untuk K’, mi tahu seindah apapun  rangkaian kata yang akan mi susun takkan lebih punya makna ketika kesendirian ini masih menjadi pakaian mi dan mi pun tahu sedalam apapun analisa kata mi tetap belum bisa dipegang sebagai hikmah.
Dunia K’ sekarang telah berada di dunia realita, dunia perwujudan konsep hidup yang selama ini masih menjadi permainan kata-kata dan masih berada dalam kerangka konsep imajinasi, bisa jadi semua sesuai dengan angan, bisa jadi melenceng dari apa yang dibayangkan.

Tapi… siapa takut beradu konsep tentang pernikahan dengan K’?
            Berbicara tentang pernikahan, menurut mi, kita berbicara tentang peran dua individu yang bersinergi dalam satu ikatan lahir batin, memiliki orientasi kukuh pada keredhaan dan kemuliaan hidup dunia dan akhirat.
Pernikahan adalah satu payung cinta yang menaungi sucinya perasaan dua insan yang mengharapkan bersih dan lurusnya setiap pemenuhan keinginan yang lahir dari naluri dasar manusia sebagai makhluk personal dan sosial.
Pernikahan adalah satu fase pendewasaan individu yang penuh hikmah, karena pernikahan adalah menyatu dan meleburnya dua manusia yang berlainan jenis, berlainan pandangan, berlainan karakter dan mungkin berlainan konsep hidup, sehingga dalam membinanya memerlukan usaha penetrasi ( penyesuaian ) yang panjang dan terkadang sangat melelahkan, jika unsur keikhlasan tidak ditanam dari awal dan tidak meredam unsur keegoan yang menyertai potensi an-nasut manusia itu sendiri.

 Pernikahan memerlukan usaha penetrasi yang panjang?
Sepanjang penganalisaan mi terhadap pasangan suami-istri yang telah membina rumah tangga cukup lama, mereka mengakui untuk dapat mengerti dan memahami pasangan tidak bisa dalam waktu 1 hari atau seminggu/sebulan saja tapi membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan ada pasangan yang mengatakan seumur hiduppun kita harus terus berusaha untuk benar-benar memahami pasangan dan terus berusaha bagaimana tetap merasa satu dengan pasangan kita.
K’ mi tertarik dengan ulasan Anis Matta dalam serial cintanya di Tarbawi edisi 156, disana dia memaparkan tentang trik pengawetan cinta, dengan mengilustrasikan kepada hubungan cinta antara Zulaikha dan Yusuf atau antara Muhammad SAW dengan Khadiijah.
“Cinta Yusuf berkembang dari sekedar cinta syahwat menjadi cinta misi yang lebih spritual. Yang menjelaskan perubahan itu adalah respek.
Kita selalu respek dan menghargai orang-orang yang memiliki prinsip dan berkarakter.
Respek dan apresiasi adalah pekerjaan jiwa para pecinta. Setiap hubungan jangka panjang hanya bisa bertahan kalau ia dibangun dari respek dan apresiasi. Dan keterampilan inilah yang harus kita pelajari. Memahami, mengerti dan menghargai orang yang kita cintai hanya mungkin kita lakukan jika kita bisa memahami dan menghargai diri kita sendiri. Respek dan apresiasi kepada diri sendiri membuat kita mampu menghargai dan mengapresiasi orang lain. Tapi respek dan apresiasi itu lahir dari fakta bahwa memang ada “sesuatu” yang berharga yang kita miliki yang patut dan harus kita dan orang lain hargai. Fakta itu harus nyata. Karena respek dan apresiasi itu adalah respon jiwa yang natural terhadap sesuatu yang juga natural. Ini sesuatu yang tidak bisa dan tidak bagus untuk dipaksakan melalui apa yang kita sebut sebagai tradisi basa-basi.
Jadi respek dan apresiasi dibangun dari sebuah hubungan jangka panjang yang bersifat mutual; sebab hanya ketika dua orang yang sama-sama punya harga bertemu mereka bisa saling respek dan saling mengapresiasi. Respek dan apresiasi yang bersifat mutual itulah yang menjadi salah satu fondasi yang kokoh dari hubungan Muhammad SAW dengan Khadijah: dua nilai bertemu, dua harga bertemu, dua pecinta bertemu dan bravo; mereka menjadi legenda cinta yang abadi.”

Luar biasa kan K’?
Fakta, begitu banyak pasangan yang membubarkan diri hanya karena respek dan apresiasi ini tidak mereka kelola dengan baik. Mereka tidak menyadari disinilah letaknya kesejatian cinta dari pasangan mereka. Bila respek dan apresiasi telah menjadi pakaian mereka dalam membina rumah tangga, secara otomatis “tiada lagi yang senyaman dekat dengan pasangan, tiada lagi persinggahan yang lebih menyuguhkan ketenangan kecuali rumah yang ada senyum kekasih(istri/suami) di dalamnya, tiada sedamai dekat dengannya, tiada seindah senyumnya dan tiada hari yang ingin dilewati kecuali bersama dengannya.
Namun, respek dan apresiasi harus tetap berjalan di atas norma dan standar moral yang disepakati bersama. Agama, itulah standarnya. Karena respek dan apresiasi tetap tidak akan bertahan lama dan hanya akan menjadi pes pesan kosong dan kepalsuan belaka kalau peran agama tidak dijadikan standar dalam memberikan respek dan apresiasi terhadap pasangan. Karena orientasi suci jangka panjang dari pernikahan adalah “bercinta di dunia bercinta di akhirat, dalam pegangan tangan yang tetap erat”

K’, sekarang K’ hidup dengan seorang perempuan kan ?hehehe (bukan curiga K’)
Sekedar memberi informasi sama K (buka rahasia kali).Perempuan  tidak meminta  lebih dan tidak menuntut banyak terhadap pasangannya, hanya sebuah keinginan untuk dihargai, hanya sebuah keinginan untuk dimengerti, direspek dan diepresiasi oleh pasangannya, sehingga selain sebagai “hamba” untuk suaminya, mereka juga ingin dianggap partner/kawan/teman bicara atau sekedar didengar aspirasinya sebagai tanda ia exist di depan suaminya, tak lebih dari itu.
Jika itu K’pahami, mi jamin K’ akan mendapatkan seutuhnya dirinya. K’ akan dibuat tersanjung sebagai seorang suami, K akan memegang hatinya di depan dan di belakang hadirnya. K’ akan bisa menggenggam tangannya dalam kehangatan tanpa ada kekuatiran ia akan berpaling dari K’ seperti apapun keadaaan/kondisi hidup yang K’ hadapi.
Mi teringat tulisan Buya Hamka dalam tafsir al azhar, ketika mengomentari sebuah hadis yang berisi tentang “perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki”. Beliau tidak menafsirkan secara zahir tapi mengambil I’tibar dari tabi’at tulang rusuk itu sendiri. Lalu ia berwasiat pada laki-laki/yang memiliki anak perempuan. “peliharalah istri dan anak-anak perempuanmu, sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Tulang rusuk itu bengkok, jika engkau berusaha meluruskannya ia takkan lurus, tapi jika engkau biarkan, ia akan tetap bengkok” maka berpandai-pandailah  dengan mereka. Sentuh hati mereka, dekati mereka dengan cinta dan berwasiatlah kepada mereka dengan cara yang baik.
Salah satu ilustrasi yang diberikan oleh Buya; ketika seorang suami menghadapi masalah keuangan, ternyata si istri memiliki simpanan dari harta yang dicarinya sendiri/peninggalan orang tuanya, cobalah si suami tadi memaksa atau merampas harta/emas yang melingkar di lehernya, pasti si istri akan mempertahankan mati-matian, tapi jika si suami menghadapkan wajah muram dan belas kasihan kemudian membicarakannya dengan menampilkan wajah sedih, pasti seketika si istri akan mencopot semua barang/harta yang ia miliki bahkan hidupnya pun akan ia berikan untuk membantu suaminya.

Hebat….
Bahasa yang sangat sederhana, namun bisa membuat kita mengerti letak keunikkan dan karakter rahasia yang dimiliki perempuan.
Di sinilah kita mengerti, bahwa di balik kelemahannya ada beribu kekuatan. Di balik kelembutannya tersimpan sejuta ketegasan.
Satu  sisi ia disebut makhluk perasa yang selalu mengandalkan perasaan dalam memutuskan sesuatu, namun di sisi lain ia menyimpan segudang logika untuk terus bertahan ketika ada yang mengkhianati ketulusannya, ia sanggup memberikan maaf sebanyak kata maaf yang dipunya seluruh makhluk di bumi, namun taringnya akan siap  menerkam ketika ada yang melukai dan mengganggu existensinya.
Jika pemahaman ini dimiliki oleh setiap laki-laki, niscaya takkan ada perempuan-perempuan yang menyalahi kodrat mereka sendiri, takkan ada perempuan-perempuan pembangkang pada suaminya, takkan ada perempuan-perempuan panggilan yang menjual  kesucian “kemaluan”(maaf) mereka dengan tawaran kenikmatan dunia yang menyesatkan. Takkan ada perempuan-perempuan yang menganggap hidup mereka tak punya arti. Takkan ada perempuan-perempuan yang menganggap kemuliaan rahim mereka sebagai gadaian dosa mereka.
Namun sebaliknya yang ada hanyalah perempuan-perempuan yang memahami kemuliaan diri mereka, perempuan-perempuan yang menjadikan suami mereka “Tuhan” dalam kehidupan mereka, perempuan-perempuan yang mempersiapkan rahim mereka untuk melahirkan anak-anak yang qurrata ‘ayun.
Mereka itulah perempuan-perempuan yang membawa kedamaian bagi dunia, mereka itulah perempuan-perempuan pembangun peradaban, dan mereka itulah perempuan-perempuan yang akan membangun rumah untuk suami dan anak-anak mereka kelak di surga.
K’, maaf jangan salah mengerti y, bukan bermaksud untuk berpandangan berat sebelah, seolah perempuan saja yang wajib dimengerti, dipahami atau dicintai. Tidak,.
Perempuan sangat memahami ketergantungan mereka kepada laki-laki, karena laki-laki memiliki sesuatu yang tak dimiliki oleh perempuan. Mereka ada karena laki-laki sudah tercipta. Mereka juga tahu, laki-laki memiliki keunikan tersendiri yang membuat perempuan mempunyai gairah menjalani kehidupannya.
Tapi, maaf K’ mi belum mempunyai banyak literatur tentang “kaum K’” dan mi takut salah menganalisa, tapi satu yang mi pahami tentang mereka. Mereka lah yang membuat perempuan memiliki gelora cinta, mereka lah yang membuat hati selalu berbunga-bunga dan mereka lah pelindung, pengayom dan penenang yang didambakan di kejauhan diri perempuan. Di atas kebijaksanaan dan Hikmah mereka, istri dan anak-anaknya akan terselamatkan dari  beribu rintangan dunia yang fatamorgana.
Di samping beribu kelemahan yang ia punya, yang mi tahu. Mereka sangat lemah dan punya keterbatasan dalam mengendalikan diri mereka terhadap berbagai godaan, apalagi terkait dengan perempuan, dan mereka adalah satu dari makhluk Tuhan yang memiliki naluri ego yang tinggi.
Namun, hubungan laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling mencintai, saling menyayangi, saling mengasihi, saling, saling,saling dan saling lainnya.
Itulah sakralnya pernikahan. Yang melegalkan dan memberi izin sepenuhnya rasa itu direalisasikan.
Selamat y K’
Salam hangat dan salam kenalan untuk K’ Rina
Semoga Allah SWT segera menganugerahkan jundi-jundi kecil penyejuk hati yang akan menghangatkan jalinan kasih K’ berdua. Dan mudah-mudahan kehadiran mereka nanti akan menjadi perekat hubungan sejati K’ dengan Allah SWT.
Moga bisa menjadi Ayah dan Bunda yang baik, yang mampu menghantarkan mereka ke kehidupan mereka yang abadi.

Itu dulu y K’, maaf kalau ada yang tak berkenan, mohon maaf lahir batin. Tapi kalau berkenan, jadikan salah satu prasasti di album tulisan K’ y. hehehehe
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
                                                                                   YEMI WS                                          
sebuah tulisan yang didedikasikan buat seorang kakak yang akan mengarungi sebuah kehidupan berumah tangga.tahun 2007

Selasa, 28 Februari 2012

cinta vs benci

aku tak mengerti
kenapa cinta dan benci serta marah kadang tak berjarak
detik ini aku begitu merasa mencintai
detik berikutnya benci dan amarah menguasai

apakah memang dalam ilham Tuhan itu
dua sifat itu selalu berperang untuk menjadi yang terbaik



Senin, 27 Februari 2012

my son and my daughter

sungguh, tak dapat ku lukiskan kebahagian itu, ketika melihat ketiga buah hati ku
amazing, this is a miracle in my life



this is two my son. the oldest's name is Mahatma Tsabit al ma'arif and the second is Ahsanul Bardan



this my daughter, i thinks she  is so beautiful and very funny. i am so glad when there beside her.


THANKS GOD. FOR ALL YOUR MERCIFUL. LOVE........................

Selasa, 07 Februari 2012

permulaan tiada judul

sekian lama waktu berjalan
meninggalkan kesendirian dan kesepian
menuju kebahagian dan kegembiraan

sekian lama waktu berlalu
sekian lama larut dalam keharu biruan dan kegembiraan
mehadirkan ketergantungan dan kecanggungan
melahirkan pribadi yang tak berdaya
minim karya dan tak berguna

tiada lagi otak yang berpikir
tiada lagi tangan yang bergoyang
tiada lagi mata yang terbelalak
tiada lagi keringat yang bercucur


walau banyak pencapaian
kenapa harus meninggalkan pencapaian yang semstinya

sudah terlalu lama bermenung dan menikmati
sekarang harus melahirkan
aku mau...............

ketika menjadi ibu


ANAKKU SEBUAH INSPIRASI
Oleh : YEMI WS

Aku adalah seorang Ibu dari dua orang putra. Putra pertama ku berumur 2 tahun, yang kedua berumur 11 bulan. Banyak hal  menarik dan menegangkan yang telah aku rasakan sejak kehadiran mereka dalam hidup ku  dan mengisi hari-hari ku.
Pengalaman pertama yang paling menegangkan dan mengharukan dalam hidup ku adalah ketika usia 4 bulan kehamilan pertama, denyut jantung bayi ku diperdengarkan ke telinga ku. Luar biasa, tiada kata yang dapat mewakili perasaanku saat itu, perasaan langit yang membahana, rasa syukur yang tak terkira, Allah SWT telah menitipkan satu jiwa dalam jiwa dan rahimku. Sungguh hebat kekuasaan Allah SWT dapat menghidupkan manusia dalam satu ruang kecil rahim seorang Ibu dan semua manusia pasti akan melewati proses ini tak terkecuali diriku. Pengalaman inilah yang mengembalikan diriku pada titik nol keberadaanku, dengan membawa kesadaran dan analisa terbalik bahwa awal dari keberadaan manusia di atas bumi ini karena ada kekuasaaan Allah SWT dan mustahil kiranya manusia hidup di bumi ini tanpa melibatkan kekuasaanNYA.
            Putra pertama ku bernama Mahatma Tsabit al Ma’arif. Motivasi dari pemberian nama ini  merupakan inspirasi dari seorang tokoh dunia asal India yaitu Mahatma Gandi, penerima nobel perdamaian yang membawa paham anti kekerasan dengan paham kebenaran yang universal. Mahatma Tsabit al ma’arif  memiliki arti Pribadi yang Mulia lagi Tegas. Mungkin sedikit muncul pertanyaan, kenapa tidak nama Muhammad di depanya, kenapa mesti Mahatma. Kami (aku dan ayahnya) berkeyakinan bahwa sebagai seorang Muslim, untuk dapat meneladani dan mencontoh Muhammad SAW tidak mesti membawa nama Beliau di depan nama kita, tapi menurut kami keberadaaan Beliau secara substansi harus telah melebur dan menyatu dalam setiap umat Muslim
Putra kedua ku bernama Ahsanul Bardan yang berarti Sebaik-baik Penyejuk. Motivasi dari pemberian nama ini adalah ketika melihat perkembangan pribadi dari putra pertama ku yang cendrung agresif dan histerical (saat adiknya lahir baru berumur 13 bulan). Kami (aku dan ayahnya) menginginkan putra kedua kami ini dapat menjadi penyeimbang dan penyejuk terhadap kecendrungan sifat dari putra pertama kami.
Seiring waktu berjalan, aku senantiasa memantau perkembangan dan kecendrungan sifat kedua jagoan ku. Subhanallah, ternyata kecendrungan sifat kedua putra ku sangat mengarah pada substansi nama-nama mereka. Putra pertama ku berwatak keras dan konsisten, namun ketika diberi pengertian, dia akan lebih lembut dan memahami. Sementara itu putra kedua ku lebih tenang, suka mengamati dan menyejukkan hati ketika melihatnya. Benarlah kiranya titah Rasulullah bahwa kewajiban utama orang tua terhadap anak-anak mereka salah satunya adalah memilihkan nama yang baik untuk mereka.
Pemberian nama bukanlah satu-satunya faktor yang mempengaruhi perbedaan sifat dan keadaan emosi kedua putra ku. Sepanjang aku mengamati dan mendampingi mereka, ada satu hal yang menjadi catatan penting dan pengalaman berharga dalam diri ku sebagai seorang Ibu, yaitu kesiapan dan ketenangan dalam memperlakukan kedua buah hati ku ini.
            Ada perbedaan yang sangat signifikan tentang kesiapan dan ketenangan ku dalam menghadapi kehadiran mereka.
  Sebagai seorang ibu muda dan pemula, aku belum punya banyak pengalaman dan pemahaman tentang menghadapi segala bentuk kebiasaan dan prilaku bayi, sehingga dalam menghadapi kelahiran dan pasca melahirkan putra pertama, aku cendrung bingung dan sering stres, sehingga kemudian ku ketahui kondisi inilah yang mempengaruhi produksi “ASI” ku tak lancar dan tak bisa memenuhi kebutuhan bayi ku, sehingga bayi ku sering rewel dan berulah.
Kondisi ini diperparah dengan anggapan dan mitos dari lingkungan sekeliling ku. Kurang nya produksi “ASI” ku dianggap keturunan (Ibu dan kakak perempuan ku  juga memiliki masalah dengan “ASI” ) dan merupakan sebuah takdir yang tak bisa di rubah. Aku dihantui perasaan bersalah, merasa menjadi perempuan tak sempurna, karena dari awal aku telah berniat dan bertekad sepenuh hati untuk memberikan “ASI”  cukup dan eklusif untuk bayi ku.
Akhirnya Putra pertama ku hanya 2 (dua) bulan memperoleh “ASI” dari ku, kemudian disambung dengan susu formula.
Kondisi ini berbanding terbalik, ketika menghadapi kehadiran putra kedua ku. Aku banyak belajar dan memahami kekurangan dan ketidak tepatan sikap ku dalam menghadapi anak pertama. Sehingga aku lebih tenang dan terus mencari sumber-sumber ilmiah berkait dengan produktifitas “ASI, alhamdulillah, produksi “ASI” ku lebih lancar dan dapat memenuhi kebutuhan bayi ku sampai  sekarang.
Sebuah pengalaman berharga dan membuat aku mulai berpikir jernih dan positif tak mau larut dalam sebuah mitos atau anggapan orang banyak yang tak teruji secara medis. Pemberian “ASI” yang cukup dan sering akan sangat mempengaruhi kondisi kejiwaan dan ketenangan seorang  anak dan akan mempengaruhi perkembangan wataknya kelak. Karena dalam proses pemberian “ASI” terjadi sebuah hubungan timbal balik antara ibu dan anak, terjadi sebuah pertautan jiwa dan hati yang melahirkan kenyamanan dan ketenangan di dalam diri anak.  
Kondisi inilah yang aku sadari yang menjadikan perkembangan emosi dan watak kedua putra ku berbeda. Putra pertama ku cendrung emosional, tak sabaran, meledak-ledak dan gampang menangis, sedangkan putra kedua ku cendrung tenang dan memahami. Namun aku ingin terus mempelajari dan memahami sikap dan kecendrungan mereka berdua, yang jelas dan ingin aku jadikan panduan ku dalam menyikapi dan membimbing anak-anak ku bahwa setiap anak dilahirkan berbeda dan memiliki potensi dan bakat yang berbeda pula dan aku yakin pasti sama-sama luar biasa tergantung dari sekarang bagaimana orang tua tidak menganggap dirinya serba benar, serba bisa dan tak berhenti belajar , terus menggali potensi dan bersikap terbuka.
Pengalaman inilah yang ingin sekali aku bagi kepada setiap Ibu-ibu muda. Kita harus yakin bahwa Allah SWT telah memberikan dan menyediakan sarana yang cukup dalam diri seorang Ibu untuk memenuhi kebutuhan bayinya, setidaknya sesuai dengan anjuran Pemberian “ASI” Ekslusif  selama 6 bulan, karena itu memahami dan mempelajari segala hal yang mempengaruhi stabilitas dan kesiapan seorang Ibu dalam menghadapi anak-anak mereka menjadi faktor penting dalam menghadirkan anak-anak terbaik, harapan orang tua, masyarakat dan bangsa.
 
Satu lagi pengalaman menarik dan menggelikan yang ku dapat dari keluguan anak-anak ku, adalah ketika  putra pertama ku mulai belajar menerima pelajaran dan bimbingan dari kami orang tuanya.
Satu di antara beberapa pelajaran pertama yang kami berikan pada si sulung adalah ketika masuk rumah melepaskan sandal/sepatu. Pelajaran ini terpatri dan tertanam dalam dirinya, sehingga seperti apapun keadaaanya si sulung tetap membuka sandal/sepatunya ketika masuk rumah.
Suatu ketika aku dan ayahnya membawa putra pertama ku ini jalan-jalan sore ke sebuah taman kota, tapi sebelumnya kami harus ke ATM (Authomatic Teller Machine) dulu karena persediaan uang di tangan sudah habis.  Ketika telah sampai di depan gedung/ruangan ATM yang di tuju, aku dan ayahnya segera masuk ke dalam di susul putra pertama ku, tiba-tiba tanpa melihat kiri kanan juga tak melihat pada kami ayah bundanya dengan yakin tanpa ragu-ragu, si sulung melepas sandalnya dan melenggang masuk menuju ATM. Aku dan ayahnya tercenung sejenak dan kemudian tertawa geli melihat tingkah putra pertama kami ini. Begitu juga ketika dia di bawa ke Supermarket, ke BANK atau ke tempat-tempat umum lainnya dia selalu melepas sandalnya. Luar biasa, begitu kuat  dia memegang pengajaran dan konsisten menerapkanya, begitu bersih jiwanya. Kejadian ini membuat kami semakin mawas diri dan belajar untuk berusaha memegang teguh sebuah kebaikan tanpa menghiraukan lingkungan sekeliling mendukung atau tidak.
Itulah beberapa pengalaman indah dan penuh pelajaran yang aku rasakan semenjak Allah SWT memberikan anugerah terindah dalam hidup ku menjadi seorang Ibu.
Kehadiran kedua putra ku membuat hidup terasa indah dan penuh warna.
Kehadiran mereka terus membawa kesadaran-kesadaran baru yang memacu dan mendorong kami untuk terus mencari, membenahi diri dan akan terus berusaha melakukan yang terbaik. Karena kami sadar mereka adalah anak-anak masa depan, mereka kelak akan memiliki dunia dan style sendiri. Tugas kita sekarang hanya sekedar memberi bekal dan berperan dalam memberikan prinsip-prinsip dasar dalam hidup mereka.
Terima kasih anakku, kalian adalah guru terbaik ku.