LEMBAR
CINTA BUAT YANG SAUDARA
(Surat
ucapan selamat menempuh hidup baru untuk
saudaraku)
7
Juni 2007
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Selamat ya K’, di atas rasa syukur yang tak terhingga, satu lagi cinta
terindah tlah K’ raih, setelah sekian lama kebimbangan dan pertimbangan langkah
dalam memutuskan.
Mudah-mudahan
cinta ini adalah satu cinta yang akan mengukuhkan eksistensi kehambaan kita di
hadapan sang maha memiliki perbendaharaan cinta langit dan bumi.
K’, ketika K’ meminta mi untuk membuat tausiah/nasehat pernikahan untuk
K’, mi tahu seindah apapun rangkaian
kata yang akan mi susun takkan lebih punya makna ketika kesendirian ini masih
menjadi pakaian mi dan mi pun tahu sedalam apapun analisa kata mi tetap belum
bisa dipegang sebagai hikmah.
Dunia K’ sekarang telah berada di dunia realita, dunia perwujudan konsep
hidup yang selama ini masih menjadi permainan kata-kata dan masih berada dalam
kerangka konsep imajinasi, bisa jadi semua sesuai dengan angan, bisa jadi
melenceng dari apa yang dibayangkan.
Tapi… siapa takut beradu konsep tentang pernikahan dengan K’?
Berbicara
tentang pernikahan, menurut mi, kita berbicara tentang peran dua individu yang
bersinergi dalam satu ikatan lahir batin, memiliki orientasi kukuh pada keredhaan
dan kemuliaan hidup dunia dan akhirat.
Pernikahan adalah satu payung cinta yang menaungi sucinya perasaan dua
insan yang mengharapkan bersih dan lurusnya setiap pemenuhan keinginan yang
lahir dari naluri dasar manusia sebagai makhluk personal dan sosial.
Pernikahan adalah satu fase pendewasaan individu yang penuh hikmah,
karena pernikahan adalah menyatu dan meleburnya dua manusia yang berlainan
jenis, berlainan pandangan, berlainan karakter dan mungkin berlainan konsep
hidup, sehingga dalam membinanya memerlukan usaha penetrasi ( penyesuaian ) yang panjang dan terkadang sangat
melelahkan, jika unsur keikhlasan tidak ditanam dari awal dan tidak meredam
unsur keegoan yang menyertai potensi an-nasut
manusia itu sendiri.
Pernikahan memerlukan usaha penetrasi
yang panjang?
Sepanjang penganalisaan mi terhadap pasangan suami-istri yang telah
membina rumah tangga cukup lama, mereka mengakui untuk dapat mengerti dan
memahami pasangan tidak bisa dalam waktu 1 hari atau seminggu/sebulan saja tapi
membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan ada pasangan yang mengatakan seumur
hiduppun kita harus terus berusaha untuk benar-benar memahami pasangan dan terus
berusaha bagaimana tetap merasa satu dengan pasangan kita.
K’ mi tertarik dengan ulasan Anis Matta dalam serial cintanya di Tarbawi
edisi 156, disana dia memaparkan tentang trik pengawetan cinta, dengan
mengilustrasikan kepada hubungan cinta antara Zulaikha dan Yusuf atau antara
Muhammad SAW dengan Khadiijah.
“Cinta Yusuf berkembang dari
sekedar cinta syahwat menjadi cinta misi yang lebih spritual. Yang menjelaskan
perubahan itu adalah respek.
Kita selalu respek dan menghargai
orang-orang yang memiliki prinsip dan berkarakter.
Respek dan apresiasi adalah
pekerjaan jiwa para pecinta. Setiap hubungan jangka panjang hanya bisa bertahan
kalau ia dibangun dari respek dan apresiasi. Dan keterampilan inilah yang harus
kita pelajari. Memahami, mengerti dan menghargai orang yang kita cintai hanya
mungkin kita lakukan jika kita bisa memahami dan menghargai diri kita sendiri.
Respek dan apresiasi kepada diri sendiri membuat kita mampu menghargai dan
mengapresiasi orang lain. Tapi respek dan apresiasi itu lahir dari fakta bahwa
memang ada “sesuatu” yang berharga yang kita miliki yang patut dan harus kita
dan orang lain hargai. Fakta itu harus nyata. Karena respek dan apresiasi itu
adalah respon jiwa yang natural terhadap sesuatu yang juga natural. Ini sesuatu
yang tidak bisa dan tidak bagus untuk dipaksakan melalui apa yang kita sebut
sebagai tradisi basa-basi.
Jadi respek dan apresiasi dibangun
dari sebuah hubungan jangka panjang yang bersifat mutual; sebab hanya ketika
dua orang yang sama-sama punya harga bertemu mereka bisa saling respek dan
saling mengapresiasi. Respek dan apresiasi yang bersifat mutual itulah yang
menjadi salah satu fondasi yang kokoh dari hubungan Muhammad SAW dengan
Khadijah: dua nilai bertemu, dua harga bertemu, dua pecinta bertemu dan bravo;
mereka menjadi legenda cinta yang abadi.”
Luar biasa kan K’?
Fakta, begitu banyak pasangan yang membubarkan diri hanya karena respek dan
apresiasi ini tidak mereka kelola dengan baik. Mereka tidak menyadari disinilah
letaknya kesejatian cinta dari pasangan mereka. Bila respek dan apresiasi telah
menjadi pakaian mereka dalam membina rumah tangga, secara otomatis “tiada lagi
yang senyaman dekat dengan pasangan, tiada lagi persinggahan yang lebih
menyuguhkan ketenangan kecuali rumah yang ada senyum kekasih(istri/suami) di
dalamnya, tiada sedamai dekat dengannya, tiada seindah senyumnya dan tiada hari
yang ingin dilewati kecuali bersama dengannya.
Namun, respek dan apresiasi harus tetap berjalan di atas norma dan
standar moral yang disepakati bersama. Agama, itulah standarnya. Karena respek
dan apresiasi tetap tidak akan bertahan lama dan hanya akan menjadi pes pesan kosong dan kepalsuan belaka
kalau peran agama tidak dijadikan standar dalam memberikan respek dan apresiasi
terhadap pasangan. Karena orientasi suci jangka panjang dari pernikahan adalah
“bercinta di dunia bercinta di akhirat, dalam pegangan tangan yang tetap erat”
K’, sekarang K’ hidup dengan seorang perempuan kan ?hehehe (bukan curiga
K’)
Sekedar memberi
informasi sama K (buka rahasia kali).Perempuan
tidak meminta lebih dan tidak
menuntut banyak terhadap pasangannya, hanya sebuah keinginan untuk dihargai,
hanya sebuah keinginan untuk dimengerti, direspek dan diepresiasi oleh pasangannya,
sehingga selain sebagai “hamba” untuk suaminya, mereka juga ingin dianggap
partner/kawan/teman bicara atau sekedar didengar aspirasinya sebagai tanda ia
exist di depan suaminya, tak lebih dari itu.
Jika itu K’pahami, mi jamin K’ akan mendapatkan seutuhnya dirinya. K’
akan dibuat tersanjung sebagai seorang suami, K akan memegang hatinya di depan
dan di belakang hadirnya. K’ akan bisa menggenggam tangannya dalam kehangatan
tanpa ada kekuatiran ia akan berpaling dari K’ seperti apapun keadaaan/kondisi hidup
yang K’ hadapi.
Mi teringat tulisan Buya Hamka dalam tafsir al azhar, ketika mengomentari
sebuah hadis yang berisi tentang “perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk
laki-laki”. Beliau tidak menafsirkan secara zahir tapi mengambil I’tibar dari
tabi’at tulang rusuk itu sendiri. Lalu ia berwasiat pada laki-laki/yang
memiliki anak perempuan. “peliharalah istri dan anak-anak perempuanmu,
sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk laki-laki. Tulang rusuk itu
bengkok, jika engkau berusaha meluruskannya ia takkan lurus, tapi jika engkau
biarkan, ia akan tetap bengkok” maka berpandai-pandailah dengan mereka. Sentuh hati mereka, dekati
mereka dengan cinta dan berwasiatlah kepada mereka dengan cara yang baik.
Salah satu ilustrasi yang diberikan oleh Buya; ketika seorang suami
menghadapi masalah keuangan, ternyata si istri memiliki simpanan dari harta
yang dicarinya sendiri/peninggalan orang tuanya, cobalah si suami tadi memaksa
atau merampas harta/emas yang melingkar di lehernya, pasti si istri akan
mempertahankan mati-matian, tapi jika si suami menghadapkan wajah muram dan
belas kasihan kemudian membicarakannya dengan menampilkan wajah sedih, pasti
seketika si istri akan mencopot semua barang/harta yang ia miliki bahkan
hidupnya pun akan ia berikan untuk membantu suaminya.
Hebat….
Bahasa yang sangat sederhana, namun bisa membuat kita mengerti letak
keunikkan dan karakter rahasia yang dimiliki perempuan.
Di sinilah kita mengerti, bahwa di balik kelemahannya ada beribu
kekuatan. Di balik kelembutannya tersimpan sejuta ketegasan.
Satu sisi ia disebut makhluk
perasa yang selalu mengandalkan perasaan dalam memutuskan sesuatu, namun di sisi
lain ia menyimpan segudang logika untuk terus bertahan ketika ada yang
mengkhianati ketulusannya, ia sanggup memberikan maaf sebanyak kata maaf yang
dipunya seluruh makhluk di bumi, namun taringnya akan siap menerkam ketika ada yang melukai dan mengganggu
existensinya.
Jika pemahaman ini dimiliki oleh setiap laki-laki, niscaya takkan ada
perempuan-perempuan yang menyalahi kodrat mereka sendiri, takkan ada
perempuan-perempuan pembangkang pada suaminya, takkan ada perempuan-perempuan
panggilan yang menjual kesucian
“kemaluan”(maaf) mereka dengan tawaran kenikmatan dunia yang menyesatkan.
Takkan ada perempuan-perempuan yang menganggap hidup mereka tak punya arti.
Takkan ada perempuan-perempuan yang menganggap kemuliaan rahim mereka sebagai
gadaian dosa mereka.
Namun sebaliknya yang ada hanyalah perempuan-perempuan yang memahami
kemuliaan diri mereka, perempuan-perempuan yang menjadikan suami mereka “Tuhan”
dalam kehidupan mereka, perempuan-perempuan yang mempersiapkan rahim mereka
untuk melahirkan anak-anak yang qurrata
‘ayun.
Mereka itulah perempuan-perempuan yang membawa kedamaian bagi dunia,
mereka itulah perempuan-perempuan pembangun peradaban, dan mereka itulah
perempuan-perempuan yang akan membangun rumah untuk suami dan anak-anak mereka kelak
di surga.
K’, maaf jangan salah mengerti y, bukan bermaksud untuk berpandangan
berat sebelah, seolah perempuan saja yang wajib dimengerti, dipahami atau
dicintai. Tidak,.
Perempuan sangat memahami ketergantungan mereka kepada laki-laki, karena
laki-laki memiliki sesuatu yang tak dimiliki oleh perempuan. Mereka ada karena
laki-laki sudah tercipta. Mereka juga tahu, laki-laki memiliki keunikan
tersendiri yang membuat perempuan mempunyai gairah menjalani kehidupannya.
Tapi, maaf K’ mi belum mempunyai banyak literatur tentang “kaum K’” dan
mi takut salah menganalisa, tapi satu yang mi pahami tentang mereka. Mereka lah
yang membuat perempuan memiliki gelora cinta, mereka lah yang membuat hati
selalu berbunga-bunga dan mereka lah pelindung, pengayom dan penenang yang
didambakan di kejauhan diri perempuan. Di atas kebijaksanaan dan Hikmah mereka,
istri dan anak-anaknya akan terselamatkan dari
beribu rintangan dunia yang fatamorgana.
Di samping beribu kelemahan yang ia punya, yang mi tahu. Mereka sangat
lemah dan punya keterbatasan dalam mengendalikan diri mereka terhadap berbagai
godaan, apalagi terkait dengan perempuan, dan mereka adalah satu dari makhluk
Tuhan yang memiliki naluri ego yang tinggi.
Namun, hubungan laki-laki dan perempuan adalah hubungan yang saling
ketergantungan, saling membutuhkan, saling mencintai, saling menyayangi, saling
mengasihi, saling, saling,saling dan saling lainnya.
Itulah sakralnya pernikahan. Yang melegalkan dan memberi izin sepenuhnya
rasa itu direalisasikan.
Selamat y K’
Salam hangat dan salam kenalan untuk K’ Rina
Semoga Allah SWT segera menganugerahkan jundi-jundi kecil penyejuk hati yang akan menghangatkan jalinan
kasih K’ berdua. Dan mudah-mudahan kehadiran mereka nanti akan menjadi perekat
hubungan sejati K’ dengan Allah SWT.
Moga bisa menjadi Ayah dan Bunda yang baik, yang mampu menghantarkan
mereka ke kehidupan mereka yang abadi.
Itu dulu y K’, maaf kalau ada yang tak berkenan, mohon maaf lahir batin.
Tapi kalau berkenan, jadikan salah satu prasasti di album tulisan K’ y.
hehehehe
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb
YEMI WS
sebuah tulisan yang didedikasikan buat seorang kakak yang akan mengarungi sebuah kehidupan berumah tangga.tahun 2007